Kumpulan cerita motivasi terbaru
kisah motivasi anak kecil Zhang Da Indonesia butuh motivasi, bukan hanya satu
orang namun semua penduduk Indonesia butuh sebuah motivas. Dan motivasi itu
tidak harus cerita fiksi namun juga bisa cerita nyata. Banyak hal yang bisa
dijadikan pelajaran, namun pelajaran hidup dari mereka yang melakukannya tanpa
niat memberi teladan akan sangat mengena. Pelajaran itu datang dari anak-anak
yang masih polos yang bernama Zhang Da warga negara china.
Zhang Da
harus menanggung beban hidup yang berat ketika usianya masih sangat belia.
Tahun 2001, ketika usianya menjelang 10 tahun, Zhang Da harus menerima
kenyataan ibunya lari dari rumah. Sang ibu kabur karena tak tahan dengan
kemiskinan yang mendera keluarganya. Yang lebih tragis, si ibu pergi karena
merasa tak sanggup lagi mengurus suaminya yang lumpuh, tak berdaya, dan tanpa
harta. Dan ia tak
mau menafkahi keluarganya.
Maka Zhang Da yang tinggal berdua dengan ayahnya
yang lumpuh, harus mengambil-alih semua pekerjaan keluarga. Ia harus mengurus
ayahnya, mencari nafkah, mencari makanan, memasaknya, memandikan sang ayah,
mencuci pakaian, mengobatinya, dan sebagainya.
Yang patut
dihargai, ia tak mau putus sekolah. Setelah mengurus ayahnya, ia pergi ke
sekolah berjalan kaki melewati hutan kecil dengan mengikuti jalan menuju
tempatnya mencari ilmu. Selama dalam perjalanan, ia memakan apa saja yang bisa
mengenyangkan perutnya, mulai dari memakan rumput, dedaunan, dan jamur-jamur
untuk berhemat. Tak semua bisa jadi bahan makanannya, ia menyeleksinya
berdasarkan pengalaman. Ketika satu tumbuhan merasa tak cocok dengan lidahnya,
ia tinggalkan dan beralih ke tanaman berikut. Sangat beruntung karena ia tak
memakan dedaunan atau jamur yang beracun.
Usai sekolah, agar dirinya bisa
membeli makanan dan obat untuk sang ayah, Zhang Da bekerja sebagai tukang batu.
Ia membawa keranjang di punggung dan pergi menjadi pemecah batu. Upahnya ia
gunakan untuk membeli aneka kebutuhan seperti obat-obatan untuk ayahnya, bahan
makanan untuk berdua, dan sejumlah buku untuk ia pejalari.
Zhang Da ternyata
cerdas. Ia tahu ayahnya tak hanya membutuhkan obat yang harus diminum, tetapi
diperlukan obat yang harus disuntikkan.Karena tak mampu membawa sang ayah ke
dokter atau ke klinik terdekat, Zhang Da justru mempelajari bagaimana cara
menyuntik. Ia beli bukunya untuk ia pelajari caranya. Setelah bisa ia membeli
jarum suntik dan obatnya lalu menyuntikkannya secara rutin pada sang ayah.
Kegiatan merawat ayahnya terus dijalaninya hingga sampai lima tahun.
Rupanya
kegigihan Zhang Da yang tinggal di Nanjing, Provinsi Zhejiang, menarik
pemerintahan setempat. Pada Januari 2006 pemerintah China menyelenggarakan
penghargaan nasional pada tokoh-tokoh inspiratif nasional. Dari 10 nama
pemenang, satu di antaranya terselip nama Zhang Da. Ternyata ia menjadi
pemenang termuda.
Acara pengukuhan dilakukan melalui siaran langsung televisi
secara nasional. Zhang Da si pemenang diminta tampil ke depan panggung. Seorang
pemandu acara menanyakan kenapa ia mau berkorban seperti itu padahal dirinya
masih anak-anak. "Hidup harus terus berjalan. Tidak boleh menyerah, tidak
boleh melakukan kejahatan. Harus menjalani hidup dengan penuh tanggung
jawab," katanya.
Setelah itu suara gemuruh penonton memberinya applaus.
Pembawa acara menanyainya lagi. "Zhang Da, sebut saja apa yang kamu mau,
sekolah di mana, dan apa yang kamu inginkan. Berapa uang yang kamu butuhkan
sampai kamu selesai kuliah dan mau kuliah di mana. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan
sebutkan saja. Di sini ada banyak pejabat, pengusaha, dan orang terkenal yang
hadir. Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui
layar televisi, mereka bisa membantumu!" papar pembawa acara.
Zhang Da
terdiam. Keheningan pun menunggu ucapannya. Pembawa acara harus mengingatkannya
lagi. "Sebut saja!" katanya menegaskan.
Zhang Da yang saat itu sudah
berusaha 15 tahun pun mulai membuka mulutnya dengan bergetar. Semua hadirin di
ruangan itu, dan juga jutaan orang yang menyaksikannya langsung melalui
televisi, terdiam menunggu apa keinginan Zhang Da. "Saya mau mama kembali.
Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu papa, aku bisa cari makan sendiri.
Mama kembalilah!" kata Zhang Da yang disambut tetesan air mata haru para
penonton.
Zhang Da tak meminta hadiah uang atau materi atas ketulusannya
berbakti kepada orangtuanya. Padahal saat itu semua yang hadir bisa membantu
mewujudkannya. Di mata Zhang Da, mungkin materi bisa dicari sesuai dengan
kebutuhannya, tetapi seorang ibu dan kasih sayangnya, itu tak ternilai.
Umur sekecil itu Zhang Da benar-benar sudah menjadi contoh yang baik untuk kita semua. Malah kita yang sudah besar ini belum tentu dapat melakukan apa yang dilakukan oleh Zhang Da. Semoga apa yang saya posting ini bisa menjadikan diri kita lebih baik dan dapat menerima hidup dengan kesabaran yang sesabar-sabarnya. Walaupun postingan ini hanya copas dari blog lain dan saya hanya bisa membagikan terhadap kalian semua dan semoga bermanfaat bagi kalian semua.
Sumber Artikel : http://sicopas.blogspot.com/2011/11/kisah-motivasi-kasih-tulus-si-bocah.html .